Kota Bima, Timurheadline_
Salah satu desainer asal Ngawi Jawa Timur mengunjungi Donggo Kabupaten Bima. apa yang dilakukan oleh desainer internasional ini sungguh mengejutkan, adalah ‘Dian Oerip’ telah melakukan perjalanan di seluruh Indonesia mengaku mendapatkan bisikan bahwa di Donggo menyimpan sebuah misteri yang jarang diketahui orang. Bahkan orang bima sekalipun.
Dian yang memiliki akun instagram @dian_oerip ini ternyata sangat terpikat dengan budaya Donggo terutama soal tenunannya yang khas dengan penggunaan bahan alam yang sangat sempurna. “Ada istilah yang diungkapkan menenun kehidupan, jadi sangat sakral terdengar, dan ada filosifi yang hendak ditunjukan dengan tenunan itu,” ujarnya saat menggelar talking show dengan sejumlah media di Kafe Tolomundu Kelurahan Sarae Kota Bima, Sabtu Malam 16 Juli 2022.
Menurut Dian, masyarakat Donggo percaya, tenunan itu adalah sebuah symbol kehidupan yang melatarbelakangi sebuah upaya dalam memaknai kehidupan dengan pintalan benang yang dibuat menjadi kain tenun yang sudah berusia ratusan tahun.
Ada istilah yang dibuatnya, selain menenun kehidupan ada juga menenun kematian, masyarakat di sana telah membuat kain untuk persiapan tidak saja untuk kehidupan, akan tetapi juga untuk persiapan kematian.
Hal yang paling menarik adalah, pada saat master membuat kain tenun, terlebih dahulu dengan upacara adat kepercayaan dan juga doa, inilah yang membuat kenapa kain tenun sangat sakral, itu terjadi di Donggo dan masih berlangsung hingga saat ini. “Meskipun di daerah lain juga ada acara seperti itu, tapi Saya merasakan hal yangh berbeda saat berada di Donggo,” ungkapnya.
Pendiri Desainer Jenama Oerip Indonesia ini telah melakukan perjalanan hampir ke seluruh Indonesia. Ia sangat menyukai traveling untuk menggali budaya khususnya dunia tenun, bahkan hasil karyanya telah mendapat berbagai penghargaan internasional, karyanya sangat diminati berbagai kalangan.
Di Donggo, Dian sangat mengagumi kepercayaan masyarakaat setempat yang masih memegang prinsip adat kental, bahkan dian menemukan masterpiece yang telah berusia dua ratus tahun di sana, ini artinya sudah dua abad mahakarya itu disimpan dengan sangat rapi. “Seolah ada yang membisikkan saya untuk mengunjungi tempat itu, dan benar saja saya menemukan sambutan sangat luar biasa langsung dari master tenun di sana,” paparnya.
Selain Donggo Dian dan tim nya juga telah melakukan perjalanan ke Desa Sangiang Kecamatan Wera, perempuan yang sangat suka dengan kenindahan ala mini sangat mengagumi daerah tersebut. “Kita telah melihat juga di Sangiang (Kecamatan Wera Kabupaten Bima) dan nuansa yang berbeda juga kita dapat dari hasil tenunan,” ujarnya.
Di Kota Bima, Dian berkunjung ke pusat Tenun di Kelurahan Ntobo, di sana Dian melihat secara langsung proses pemintalan benang hingga menjadi kain tenun dengan berbagai motif. “Saya rasakan ada hubungan batin yang kuat di dengan Bima, dalam hati Saya seolah ada yang membisiki Saya harus melihat ke sini,” bebernya.
Alumni Tekhnik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini mengaku tidak menyangka dunia yang digelutinya saat ini sangat jauh berbeda dengan apa yang dipelajarinya di dunia kampus, berawal dari hobi akhirnya jatuh cinta pada dunia fashion dan menghususkan diri pada koleksi bernuansa etnik Nusawastra. “Bahkan bisa dibilang Jatuh Cinta saya pada dunia tenun lebih dari seorang pacar,” katanya sambil tersenyum.
Selama kunjungannya di Bima, Ia bahkan pernah menjual di instagram tenunan khas Donggo selama 45 menit dan menghasilkan penjualan Rp.50 juta, dalam akun instagram @dian_oerip, akun tersebut telah mendapat 53 ribu lebih pengikut dan follower.
Atas karya karyanya itu, perempuan yang bernama lengkap Dian Erra Kumalasari ini sempat mengisi acara fashion di Perancis dan juga Amerika dan pernah masuk dan diwawancarai oleh Voice of America (VOA) dan juga mengisi majalah online Femina.(tim)