Kota Bima, Timurheadlinenews_
Kolaborasi penelitian antara Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kota Bima dengan Universitas Negeri Malang tentang Pencemaran limbah Teluk Bima dan Muara, berhasil menemukan tiga tanaman yang mampu menetralisir kandungan logam berbahaya akibat pencemaran. Tiga tanaman yang direkomendasikan tersebut yakni, Eceng Gondok, Kayuh Apuh dan Kangkung.
Salah seorang peneliti BRIDA, Asryadin, S.ST, M.Si, menjelaskan, penelitian kolaborasi BRIDA mengangkat judul Model Reduksi Kadar COD, PO4, NO2, NO3, pada cemaran Limbah Teluk Mengunakan Inovasi Ipomoea aquatica, Pistia stratiotes, Eichhornia Crassipes dengan EM4 sebagai bioremediator.
Kolaborasi penelitian melibatkan Universitas Negeri Malang (UM), Dinas Kesehatan Kota Bima, Dinas Kesehatan Kabupaten Bima.
Asryadin menjelaskan, penelitian tersebut dilakukan antara bulan Juni hingga November 2023 dan dilakukan di beberapa lokasi, yakni di Universitas Negeri Malang (UM), BRIDA Kota Bima Kecamatan Wera Kabupaten Bima serta di UPT Labkesda dan Pemeliharaan Alkes Kota Bima.
Ia memaparkan, Teluk Bima terletak di Kota Bima dan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. merupakan jalur air utama yang terletak di utara Pulau Sumbawa.
Pada tanggal 24-30 April 2022, terjadi fenomena pencemaran laut di Teluk Bima yang mengakibatkan sebagian area dari Teluk Bima terlihat seperti gurun pasir jika dilihat dari kejauhan yang berdampak pada komponen fisik, kimia, dan biologi perairan salah satunya yaitu mengakibatkan kematian populasi ikan.
Menurut beberapa studi berdasarkan uji laboratorium dan pemeriksaan lokal, penyebab pencemaran di Teluk Bima dengan kemungkinan disebabkan oleh : (1) Sea Snots; (2) Ledakan jumlah dan metabolisme alga dan (3) Tumpahan minyak
Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kota Bima mendampingi Peneliti dari Univesitas Negeri Malang dan berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bima dan Dinas Kesehatan Kab. Bima melakukan penelitian di sekitar Teluk Bima pasca kejadian Sea Snot yang terjadi pertengahan April Tahun 2022.
Asryadin yang didampingi salah seorang stafnya di BRIDA Kota Bima, Rizka Khairunnisa, menyatakan, Penelitian diawali dengan pengambilan sampel sampel air Sungai yang bermuara ke Teluk Bima dilanjutkan dengan pemanfaatan beberapa jenis tanaman khas perairan muara Teluk Bima, yakni Kayu Apu, Eceng Gondok dengan Kangkung (Ipomoea aquatica, Pistia stratiotes, Eichhornia Crassipes) ketiga tanamkan ini jelasnya diestimasikan memiliki kemampuan dalam pengikatan logam berat sebagai salah satu sumber pencemar perairan laut.
“Selain itu sampel air yang digunakan dalam penelitian juga dicampurkan dengan campuran bakteri EM4,” jelas Asryadin.
Penelitian tersebut, ujar dia, dilakukan untuk mengembangkan produk alternatif yang dapat digunakan sebagai media penjernih air yang tercemar. Untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan oleh pencemaran tersebut dapat dilakukan beberapa cara, salah satunya yakni menggunakan tanaman-tanaman Hiperakumulator yang mempunyai kemampuan untuk menyerap logam berat dalam biomassanya dalam kadar yang cukup tinggi seperti, Ipomoea aquatica, Pistia stratiotes, Eichhornia Crassipes.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menanam tanaman-tanaman tersebut menggunakan campuran bakteri EM4 kemudian mengganti air penampungan dengan air yang berasal dari perairan sekitar Teluk Bima untuk selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui penurunan kadar Nitrat, Nitrat, pH, DO/Oksigen terlarut, COD dan fosfat.
Berdasarkan hasil uji stastik terhadap data hasil penelitian, diestimasikan, sekitar 98% penggunaan Ipomoea aquatica, Pistia stratiotes, Eichhornia Crassipes dengan campuran bakteri EM4 berpengaruh secara signifikan terhadap kadar analit (Nitrat, Nitrat, pH, DO/Oksigen terlarut, COD dan fosfat) sampel air dengan estimasi perubahan yang konstan setiap perubahan konsentrasi dengan campuran EM4. “Selain itu Kita juga lakukan uji Regresi Linear untuk mengetahui penurunan secara konstan kandungan logam berat di sekitar areal yang tercemar,” paparnya.
Penelitian tersebut akan melahirkan rekomendasi terhadap Tindakan yang harus dilakukan terhadap pencemaran yang terjadi di sekitar teluk Bima dan muara, pemanfaatan tiga jenis tanaman, yakni Eceng Gondok, Kayu Apuh dan kangkung untuk mentralisasi kandungan logam akibat cemaran terjadi. Ia juga menambahkan pemanfaatan tiga jenis tanaman tersebut berawal dari penelitian sebelumnya, yakni mampu hidup dan berkembang di areal pencemaran. “Kita mendapati tiga tanaman ini gampang tumbuh dan mudah berkembang di sekitar lokasi yang menjadi tempat pencemaran,” jelasnya. (tim)