Kota Bima, Timurheadlinenews_
Sebuah aplikasi dalam Program Inovasi Pelayanan Publik bidang Kesehatan ‘KUNCI BAJU ODHA’ (Kunjungi, cintai, obati dan jangan jauhi Orang Dengan HIV AIDS) telah dibuat untuk memudahkan konsultasi soal HIV AIDS. Sebuah aplikasi yang merupakan produk inovasi pelayanan dari Kota Bima yang diinisiasi salah satu peneliti di BRIDA Kota Bima, Asryadin, S.TT,MSi,.
Peneliti yang telah melahirkan berbagai artikel ilmiah di bidang kesehatan ini menjelaskan, Aplikasi ini dimunculkan dengan dasar pemikiran cakupan pelayanan pemeriksaan HIV AIDS dinilai rendah, serta belum ada layanan PDP aktif yang memberikan pelayanan optimal. Maka melalui program KUNCI BAJU ODHA, ujar dia, pada Tahun 2022 Kota Bima telah mengaktifkan 3 layanan PDP, dan sejak 2022 telah dimulai pemeriksaan Viral load yang sangat penting untuk memonitor keberhasilan terapi ARV.
Inovasi ini menjadi salah satu program Inovasi pelayanan publik yang yang telah lolos administrasi untuk diikutkan dalam Sinovik bersama dengan puluhan Program Inovasi dari Kota Bima.
Ia menjelaskan, tujuan dilahirkan inovasi tersebut, yakni mengimplementasikan program pemerintah dalam penanggulangan AIDS yang tertuang dalam PERMENKES Nomor 21 Tahun 2013 secara lebih dekat, dan berkesinambungan. “Ide utama program adalah karena rendahnya cakupan deteksi dini dan motivasi penderita dalam menerima konseling, terapi dan kepatuhan minum obat serta memaksimalkan pelayanan bermutu dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat terutama kelompok beresiko,” bebernya.
Asryadin memaparkan, ada nilai tambah dari Program KUNCI BAJU ODHA, yaitu, menyediakan fasilitas aplikasi Halo ODHA! yang memudahkan komunikasi yang terdiri dari bilik konsultasi, video edukasi, informasi terkait penyakit, serta bilik informasi yang berkaitan dengan kegiatan pengendalian HIV AIDS di Kota Bima.
Selain itu, menurut dia, aplikasi ini merupakan aplikasi yang diciptakan sebagai sarana komunikasi publik terkait penyakit HIV AIDS dan penyakit infeksi menular lainnya seperti sifilis, gonorhoae, jamur dan lainnya. “Aplikasi ini penting bagi masyarakat atau kelompok populasi beresiko maupun masyarakat umum terutama bagi masyarakat yang merasa malu atau tidak memiliki keberanian melakukan konsultasi mengenai gejala penyakit yang mengarah pada HIV atau penyakit infeksi menular seksual lainnya secara langsung pada fasilitas Kesehatan,” imbuhnya.
Dalam Inovasi ini melibatkan sejumlah ahli yang bertugas sebagai konsultan, tenaga mentor/fasilitator program HIV AIDS Kota Bima yang terdiri dari tenaga medis/teknisi medis :
- Pemegang Program
- Dokter/Konselor
- Petugas Laboratorium/TLM
- Apoteker
- Perawat/Bidan
- Pelaporan
Meski dibuat dan dilahirkan untuk masyarakat di Kota Bima, kalian arus tahu program inovasi ini telah direplikasi oleh Puskesmas Abab Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Provinsi Sumatera Selatan.
Saat ini inovasi ini tengah disosialisasikan kepada pengguna inovasi maupun tim teknis yang terlibat dalam kegiatan inovasi dalam rangka pengendalian penyakit HIV/AIDS.
Upaya pengendalian HIV AIDS merupakan salah satu program prioritas Pemerintah dan termasuk dalam salah satu Standar Pelayanan Minimal yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Target layanan pemeriksaan HIV AIDS terdiri dari ibu hamil, pasien TBC serta kelompok populasi kunci seperti gay, waria, pemakai narkoba suntik, warga binaan pemasyarakatan dan pekerja seks. Capaian pemeriksaan HIV AIDS Tahun 2021 hanya mencapai 2.934 orang (31,3%) sedangkan tahun 2022 mencapai 4.340 orang (98,7%) di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2022, temuan kasus meningkat signifikan dengan 31 kasus baru HIV AIDS yaitu 25 kasus HIV dan 6 AIDS dan 2 diantaranya telah meninggal meskipun rutin mengonsumsi ARV. Dari 31 penderita tersebut, 6 orang (19,4%) dengan orientasi homoseksual. Jumlah penderita yang telah diterapi ARV sebanyak 30 orang (96,7%) dan sisanya 1 orang (3,2%) belum menerapi terapi ARV dengan dengan kondisi psikosis. “Karena itulah kenapa inovasi ini hadir untuk memudahkan pasien, keluarga pasien berkonusltasi,” pungkasnya.(tim)
*Artikel ini telah diterbitkan di Website BRIDA Kota Bima