Kota Bima, Timurheadlinenews_
Masih ingat fenomena alam yang terjadi di sekitar perairan Teluk Bima pada awal tahun 2022 lalu, masyarakat Kota dan Kabupaten Bima sempat dihebohkan munculnya buih laut mirip jeli berwarna putih kecoklatan di sepanjang pantai Teluk Bima. Kendati fenomena itu terjadi beberapa hari dan menghilang, namun hingga saat ini belum bisa terjawab apa yang sebenarnya terjadi.
Kini Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kota Bima bersama tim Peneliti dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang melakukan Riset terkait Fenomena Sea Snot pertama di Indonesia yang terjadi di Teluk Bima. Fenomena Sea Snot pertama muncul di Indonesia khususnya di wilayah Teluk Bima pada awal Tahun 2022 lalu. Fenomena itu menyebar di sepanjang teluk yang menyebabkan kualitas perairan teluk di wilayah itu menurun.
Peneliti BRIDA Kota Bima, Asryadin, STT, M.Si menjelaskan, Tim yang terdiri dari beberapa personel itu telah mengambil sampel air laut di beberapa titik, dugaan sementara pengaruh munculnya sea snot disebabkan oleh ledakan pertumbuhan Algae berbahaya dan banyaknya bakteri Eschericia,sp yang disebabkan oleh peningkatan kadar nitrat, fosfat dan amonia pada air laut sekitar Teluk, sehingga menyebabkan ledakan eutrofik yang membentuk biomassa dalam bentuk jeli.
Dikatakanya, hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai fenomena Sea Snot dan pengaruhnya terhadap kondisi kualitas perairan khususnya Suhu Permukaan Laut, TSS dan kadar oksigen terlarut di wilayah Teluk Bima secara spasial. “Penelitian tentang fenomena ini menggunakan data penginderaan jauh citra satelit Landsat-9, sehingga kita dapat mengetahui dampak dari fenomena tersebut,”katanya.
Asryadin menjelaskan, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa rekomendasi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah Sea Snot di Teluk Bima serta memberikan informasi yang berguna bagi pemerintah, masyarakat, maupun stakeholder lainnya dalam pengelolaan perairan Teluk Bima.
Ia berharap penelitian tersebut akan memberikan gambaran kondisi kualitas perairan yang ditinjau dari parameter Suhu Permukaan Laut (SPL) TSS dan oksigen terlarut dalam air laut, juga mengetahui pengaruh kualitas perairan terhadap fenomena sea snot dan juga dampak fenomena sea snot terhadap kondisi perairan di Teluk Bima.
Seperti yang diketahui, pada awal tahun 2022 lalu, di sekitar teluk bima sempat dihebohkan terjadinya fenomena alam, yakni munculnya buih mirip jeli yang berwarna putih kecoklatan di atas permukaan laut, masyarakat dibuat terkesima dengan hal tersebut dan menganggapnya sebagai akibat dari penggunaan zat kimia berlebihan pada tanaman jagung di pegunungan. Fenomena tersebut muncul beberapa hari dan menghilang. “Sempat muncul Rumor bahwa kejadian tersebut akibat penggunaan pupuk dan zat kimia berlebihan dari tanaman di atas gunung, namun penelitian ini akan memberikan penjelasan kepada Kita atas apa yang terjadi sesungguhnya,” ujarnya.(tim)