Kota Bima, Timurheadlinenews_
Pengelolaan sampah di Kota Bima jika tidak segera ditangani dengan benar sangat membahayakan kelangsungan hidup warga, bagaimana tidak sampah yang dibuang selama ini baik dari rumah tangga maupun yang lainya yang ditampung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kelurahan Oimbo ternyata tidak dilakukan proses pemadatan maupun pemilahan sejak beberapa tahun terakhir..
TPA Oi Foo adalah Lokasi yang dipilih untuk TPA sampah belasan tahun lalu, pada awal pembuatannya, fasilitas maupun peralatan pengolahan sampah cukup lengkap, termasuk mesin pemilahan, namun seriring berjalan waktu berbagai peralatan tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik ditambah lagi tidak ada dukungan daerah untuk biaya perawatan peralatan. Alhasil sampah tersebut hanya bisa dibuang dan diratakan dengan alat berat.
Beberapa sumber peneliti menyebut, sebenarnya Lokasi itu tidak cocok untuk TPA, lantaran tekstur tanahnya adalah tanah gambut yang memiliki rongga, sehingga dikuatirkan limbah maupun cairan beracun akan meresap ke tanah menyebabkan pencemaran air dalam tanah.
Ini akan sangat membahayakan, lantaran jalur mata air yang digunakan warga untuk konsumsi maupun pertanian akan mudah bercampur dengan limbah beracun dikarenakan posisi TPA yang tinggi.
Masalah lainnya adalah, karena tidak adanya mesin pengolah maupun pemadatan akan berakibat pada penumpukan sampah yang sangat cepat, karena minimnya alat berat yang ditempatkan di Lokasi untuk mengurai ataupun memilah.
Dengan luas areal yang hanya 21 Hektare (Ha) kendati ada rencananya penambahan 21 Ha lagi, maka jangan heran TPA akan segera penuh dengan sampah dan akan berdampak pada kehidupan warga di sekitarnya.
Kepala UPT Pengolahan Sampah, Iskandar ST, yang ditemui di di Lokasi TPA mengungkapkan, ada sejumlah kendala dalam pengolahan sampah di TPA yang sangat menguatirkan, di antaranya tidak ada perawatan alat dan juga kurangnya bouldeser. Kemudian pipa pengoalahan saat ini telah tertimbun dan tidak dapat difungsikan karena lokasinya yang tidak diketahui. “Kami telah meminta boldoser sejak beberapa tahun lalu tapi belum dipenuhi, malah satu satunya alat Kita dipindahkan ke tempat lain,” terangnya.
Ia menyebut, jumlah sampah yang dikirim ke Lokasi TPA setiap harinya mencapai 80 ton, Sebenarnya pengolahan sampah bisa saja dilakukan dari rumah rumah warga untuk mengantisipasinya, yakni dengan menghidupkan Kembali bank sampah di setiap kelurahan, sampah seharusnya sudah dipilah dari sana oleh warga sendiri yakni memilah antara sampah organik dan non organik dan hal itu buth kesadaran Kita semua untuk memulainya, kemudian kembalikan fungsi Tempat pengumpulan Sampah sementara (TPS) di setiap kecamatan.
Bagaimana dengan kendaraan pengangkut sampah? Saat ini menurut Iskandar yang akrab disapa Mas Yudi ini, jumlah kendaraan pengangkut sebenarnya sudah lebih dari cukup, hanya saja harus diatur jadwalnya, jumlah dumptruck yang beroperasi saat ini sebanyak 22 unit yang mengangkut sampah dari warga langsung ke TPA sebenarnya tidak ada masalah.
Bagaimana dengan Tingkat pencemaran limbah dengan lingkungan sekitar? Hal itu menjadi masalah jika banjir melanda, limbah yang dibawa air sangat membahayakan kelangsungan hidup tanaman, terutama tanaman para petani di sekitar, ia bercerita pernah kejadian banjir membawa air limbah yang menyebabkan semua tanaman petani yang dilalui mati semua.
Saat ini diakuinya para pekerja di TPA tidak dilindungi dengan pelayanan Kesehatan memadai, padahal Tingkat terkontaminasi dengan limbah sangat tinggi, pada saat awal berdirinya TPA diakui Yudi, memang ada semacam klinik pemeriksaan rutin di Lokasi TPA, namun sudah lama klinik tersebut tidak berfungsi lantaran tidak ada dukungan keuangan maupun tenaga. “Harapan Saya ke Depan, harus ada semacam komitmen Kita semua untuk mendukung pelayanan pengoalahan sampah, setiap kebutuhan yang urgen sebagai sarana pendukung maupun perawatan alat dan lainnya harus diperhatikan,” ujarnya. (tim)