Kota Bima, Timurheadlinenews_
Survey lanjutan yang dilakukan tim Bidang Pengembangan dan Pemanfaatan Riset (PPR) BRIDA Kota Bima berkaitan dengan perkembangan kasus demam berdarah dengue (DBD) dan penyakit chikungunya di wilayah Kecamatan Rasanae Barat Selasa, 7 Febuari 2023 mendapti perkembanhan kasus DBD tembus 52 kasus.
Data itu adalah hasil rekam medik perawatan pasien kasus DB yang dipusatkan di Puskesmas Paruga, selain mengungkapkan data kasus, tim juga telah melakukan survey di sejumlah wilayah yang paling banyak muncul DBD hingga menyebabkan dua orang warga meninggal di kelurahan Sarae.
Kepala Bidang PPR, Fahrul Annas, SE, menyatakan, pihaknya bersama Puskesmas Paruga memantau lokasi di mana terdapatnya Korban meninggal karena DBD, dua korban meninggal berasal dari Kelurahan Sarae RT 4/RW 2 dan RT 16/RW 5, masing-masing berumur 11 tahun dan 7 tahun, tim juga menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan peningkatan kasus itu di wilayah Sarae. “Hasil survey yang kita lakukan, Kita mendapati pola hidup sehat dan bersih masih kurang,” ujarnya, Selasa siang 7 Febuari 2023.
Selain itu, ada salah paham yang ditemukan di lapangan tentang penanganan lingkungan, diantaranya masyarakat menganggap pengasapan atau fogging adalah langkah yang harus diambil segera untuk mengantisipasi menyebarnya nyamuk, sedangkan dalam SOP tindakan, fogging adalah langkah terakhir, setelah upaya pencegahan sebelumnya dengan melakukan 3 M plus. “Ini yang perlu kita luruskan, pemahaman tentang pencegahan perlu dilakukan oleh bagian paling bawah, bisa dilakukan oleh lurah, dan juga OPD yang memiliki wilayah Binaan,” ungkapnya.
Beberapa wilayah teridentifikasi, diantaranya di Kelurahan Jatiwangi dan Kelurahan Jatibaru, dua wilayah ini diketahui merupakan wilayah yang paling tinggi tingkat penyebaran dari wilayah lain.
Kepala Bidang Pengembangan dan Pemanfaatan Riset (Kabid PPI) BRIDA Kota Bima, Fahrul Annas, SE, menyatakan, pihaknya telah melakukan pendataan dengan sejumlah tim terkait penyebab yang paling mendasar penyebaran penyakit yang dibawah oleh nyamuk Aides agypti ini. “Pada tingkat observasi yang kita lakukan, ada beberapa hal yang kita dapati di lapangan penyebab meningkatnya kasus di dua wilayah,” ujar dia, Selasa 7 Febuari 2023.
Hasil yang diperoleh, kata dia, ditemukan adanya tingkat pemamahaman masyarakat yang kurang terkait upaya membersihkan tempat yang berpeluang dijadikan sarang nyamuk, gerakan 3 M plus seperti himbauan masih belum maksimal, selain pemahaman juga ditemukan tingkat kesadaraan yanag minim menjaga kebersihan di lingkungan masing masing.
Sementara itu, di Kecamatan Asakota, sebelumnya berdasarkan data kasus DBD Puskesmas Jatibaru Kecamatan Asakota terhitung dari Minggu pertama bulan Januari hingga tanggal 6 Februari 2023 terdapat 47 kasus DBD dengan satu orang meninggal dunia, kasus tersebar merata di Kelurahan Jatiwangi, Jatibaru, Ule, dan Melayu.
Pada hari yang sama, sebagai bahan riset selanjutnya, tim juga mengunjungi Puskesmas Jatiwangi yang diterima oleh kepala PKM setempat, Agus SKM, dalam pertemuan tersebut dijelaskan, bahwa pemicu tingkat penyebaran penyakit DBD disebabkan, selain itu beberapa kendala lain juga ditemukan dalam survey tersebut, seperti persedian darah sebagai persiapan pertolongan pada penderita. “Dalam hal ini pihak Puskesmas meminta Kita di BRIDA untuk menfasilitasi hal ini,” paparnya.
Diakuinya, BRIDA telah berkomunikasi dengan dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Bima untuk rencana pembuatan stokies atau bank darah di Kota Bima, hal ini akan membantu pertolongan kondisi darurat.
Ia menjelaskan kenapa bank darah itu penting untuk menangani DBD? Sebab ketika penderita digigit nyamuk pembawa virus DB, suhu tubuh akan memanas, trombosit akan menurun yang menyebabkan shock pada pasien. Jika pasien sudah terpapar maka dia akan membutuhkan 7 hingga 8 kantung darah untuk mengembalikan kondisinya.
Selain mendatangi Puskesmas Jatiwangi dan Jatibaru, tim riset BRIDA juga berkunjung ke Rumah Sakit Umum Kota Bima, yang diterima langsung oleh Direktur RSUD Kota Bima, dr. Fathurahman.
Di tempat tersebut, tim mendengarkan secara rinci jenis nyamuk serta cara penyebaran yang mengakibatkan DB, dalam pertemuan tersebut dipahami bahwa nyamuk pembawa virus DB amemilih penampungan air bersih sebagai tempat berkembang biak.
Solusi yang paling tepat agar nyamuk ini tidak berkembang adalah dengan mengajak masyarakat melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta tetap memperhatikan himbauan 3M plus, yakni menguras bak air yang berpotensi sebagai bertelurnya nyamuk, mengubur barang bekas yang berpotensi tergenangnya air, dan juga menutup semua penampungan air, ditambah dengan mengoleskan Lation serta tetap menggunakan kelambu saat tidur.
Nyamuk DB berkeliaran justeru pada pagi dan sore hari, maka diminta masyarakat untuk tetap menggunakan bahan anti nyamuk pada waktu tersebut. “Dan jangan lupa bagi anak anak pada waktu tersebut sangat rentan digigit, sehingga sebisa mungkin dioleskan lotion atau obat nyamuk pada waktu tersebut,” ujarnya.
Sebelumnya, kepala Dikes Kota Bima, Ahmad, S.Sos telah mengungkapkan peningkatan kasus DB di sejumlah wilayah Kota Bima, lingkungan di wilayah Kecamatan Rasanae Barat dan Asakota adalah paling banyak muncul kasus hingga empat orang anak anak meninggal dunia awal tahun 2023. (Tim)